Mulai menulis lagi... setelah sekian lama hiatus! Rasanya seperti bertemu sahabat lama di tengah keramaian. Awkward tapi menghangatkan.
Awalnya, jemari ini kaku. Otak penuh tanya: "masih bisakah aku merangkai kata?" Tapi begitu satu kalimat lahir, lalu satu lagi, dan lagi... perlahan aliran itu kembali. Seperti air yang akhirnya menemukan jalannya melewati celah bebatuan.
Ternyata, menulis bukan sekadar kegiatan. Ia seperti rumah: tempat kembali saat dunia terasa asing. Meski pernah kutinggalkan, ia tetap menungguku, setia, tanpa tuntutan.
Kini, aku menulis bukan untuk sempurna. Tapi untuk jujur. Untuk mengurai isi hati yang seringkali tak bisa diucapkan. Untuk mengabadikan potongan hidup yang ingin kusyukuri atau kusudahi.
Jadi, hai kamu yang juga sempat berhenti menulis…
Tak apa mulai pelan-pelan. Tak perlu rapi. Tak perlu banyak. Yang penting: kembali.
Karena setiap kata yang kau tulis adalah bukti bahwa kamu masih di sini, berjuang, dan hidup.
Terkadang, kita terlalu keras pada diri sendiri. Merasa harus sempurna dulu baru layak berbagi. Padahal, proses kreatif bukan soal hasil akhir saja. Tetapi tentang keberanian untuk mulai. Lagi dan lagi.
Setiap tulisan, sekecil apa pun, adalah jejak langkah. Ia mencatat pertumbuhan. Ia merekam keberanianmu untuk kembali berdiri, bahkan setelah jatuh berkali-kali. Dan tahu tidak? Tak satu pun dari kita benar-benar memulai dari nol. Karena setiap kali kembali, kita membawa sedikit lebih banyak pengalaman, sedikit lebih banyak rasa.
Bahkan ketika tak ada yang membaca, tulisanmu tetap berarti. Ia bicara kepada dirimu sendiri. Ia jadi ruang untuk bernapas, melepaskan beban yang tak bisa ditumpahkan dalam percakapan.
Mulailah dari apa yang kamu rasakan hari ini.
Tak harus puitis. Tak perlu panjang.
Tulis tentang cemasmu, semangatmu, mimpimu, atau bahkan tentang betapa kamu rindu menulis itu sendiri.
Menulis bukan ajang pembuktian. Ia adalah ruang pulang.
Dan tak ada kata "terlambat" untuk pulang.
Salam,
jendelawarnadunia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar